Sejarah Salut Romawi: Simbol Fasisme yang Mendunia di Tengah Perang Dunia II

Dalam upacara pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat nomor 47 pada hari Senin, tanggal 20 Januari 2025, hadirlah Elon Musk, sang Chief Executive Officer dari Tesla serta SpaceX. Saat perayaan itu berlangsung, Elon Musk melakukan salam serupa Salut Romawi khas era Nazi Jerman dengan menegakkan salah satu lengannya ke depan. Tindakan tersebut ternyata menjadi sumber polemik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Salut Romawi tersebut kerap dikait-kaitkan dengan tindakan-tindakan brutal yang dilakukan saat Perang Dunia II ketika dipimpin oleh diktator seperti Benito Mussolini dan Adolf Hitler.

Pada kenyataannya, pasukan tentara kekaisaran Romawi lah yang menjadi pionir dalam menghormati atasan mereka dengan meluruskan tangan di hadapan mereka pada zaman dahulu. Seperti yang dicatat oleh Imperium Romanum berdasarkan tulisan seorang sejarawan Romawi abad pertama, yakni Flavius, “Tiap hari pagi, para prajurit akan menuju tempat komandan mereka untuk menunjukkan rasa penghargaan. Selanjutnya, sang komandan tersebut akan melakukan hal serupa kepada tribun masing-masing. Setelah itu semua tribun mempersembahkan salam hormat kepada jendral tertingginya.” Lantas, bagaimana asal-usul Salute Roma ini terbentuk?

1. Tradisi salam Romawi dimulai dari para prajurit Romawi Kuno yang berbagi rasa hormat satu sama lain.

Selama zaman keemasan Kekaisaran Romawi pada sekitar tahun 100 Masehi, daerah yang dikuasai oleh Roma meluas mulai dari Inggris sampai Mesir. Walaupun ada beberapa penyebab utama untuk kemakmuran serta perluasan wilayah tersebut, namun salah satu alasannya yang paling populer adalah kekuatan tentara mereka. Singkatnya, militer Romawi merupakan angkatan bersenjata dengan latihan tertinggi, persiapan komprehensif, dan disiplin tanpa banding saat itu. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pasukan Romawi memperoleh rasa hormat sebagai simbol kerjasama erat dan kesetiaan.

Meskipun demikian, para sejarawan belum memperoleh gambaran pasti tentang bentuk Salam Romawi atau Penghargaan Romawi tersebut. Akan tetapi, mereka telah mendeskripsikan bagaimana masyarakat Romawi gemar mengangkat tangan sebagai cara bertegur sapa. Dalam salah satu catatan, Orator terkenal dari zaman itu, Cicero, mencatat bahwa Gaius Octavianus (kelak dikenal sebagai Augustus), pernah membuat janji kesetiaan pada Kaisar Julius Caesar dengan melambaikan tangan kanannya ke arahnya. Di dalam budaya Romawi, tangan kanan sering diasosiasikan dengan Dewa Matahari, Sol Invictus, dan digunakan untuk menandakan komitmen serta keyakinan.

Meskipun Flavius menyebutkan bahwa tentara Romawi bersalaman satu sama lain, namun tak ada penjelasan detail tentang ritual tersebut. Hanya melalui seni visual terlihat para prajurit Romawi mengangkat tangannya dalam tanda penghargaan. Akan tetapi, walaupun demikian, budaya ini tampaknya tidak mencegah diktator Italia era Abad ke-20, yakni Benito Mussolini, untuk mereplika sikap hormat ala Romawi dan membuatnya menjadi simbol pribadi.

2. Benito Mussolini memperkenalkan salam Romawi kontemporer ini.

Sesuai dengan poin sebelumnya, diktator Italia Benito Mussolini meniru ritual hormat seperti zaman Romawi kuno. Akan tetapi, dalam masa 1.800 tahun kejayaan Kekaisaran Romawi serta pelaksanaan upacara ini, bisa jadi telah ada individu lain yang mempraktikkan hal serupa. Walaupun demikian, tindakan mereka tidak dicatat dalam catatan sejarah.

Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Benito Mussolini meraih kekuasaan melalui pendirian Fasci Italiani Di Combattimento, suatu partai politik nasionalis yang didirkan oleh Mussolini sendiri di tahun 1919. Biasa dikenali sebagai Blackshirts atau baju hitam sebab warna pakaian mereka yang senantiasa gelap itu. Grup ini kerapkali memakai taktik kekerasan serta teror buat menarik simpati masyarakat. Tahun 1921 menyaksikan penambahan jumlah anggotanya dari 30.000 hingga mencapai 320.000 jiwa. Kemudian pada periode yang bersamaan juga, Benito Mussolini merubah namanya menjadi Partito Nazionale Fascista (PNF) atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut Partai Fasis Nasional.

Seperti yang dijelaskan oleh Project Muse , PNF enggan bersalaman, menganggapnya sebagai sesuatu yang kurang maskulin serta bisa menyebarkan penyakit, yang pada waktu itu sedang melanda seluruh Benua Biru. Parpol tersebut mencari cara hormat yang tampak lebih kuat, macho, dan mempesona. Untuk alasan itu, mereka merujuk kepada zaman dahulu ketika Kekaisaran Romawi masih teguh dan perkasa. Sebagai hasilnya, istilah Sapaan Romawi atau Penghargaan Romawi pun lahir.

Pada saat itu, Benito Mussolini juga menyerap elemen lain dari simbolik Romawi Kuno, yaitu Fascis, sebuah batang kayu ditambah bilah mirip palu di ujungnya. Ia menggunakan lambang ini untuk mewujudkan ide keserentakan. Orang-orang Roma mendapatkan inspirasi simbol tersebut dari penerjangan mereka sebelumnya, suku Etruscan, yang telah menggunakan ikon semacam itu sejak abad ke-7 Sebelum Masehi. Nama 'fasis' atau fasisme diperoleh dari konsep tersebut. Meskipun detail pasti tentang ritual hormat pada masa lalu tidak begitu terkenal, Benito Mussolini menciptakan pose salut khusus menjadi ciri khas dirinya sendiri.

3. Adolf Hitler mengubah salam Romawi menjadi salam Hitler

Dapat dikatakan bahwa Adolf Hitler sangat mengidolakan Benito Mussolini. Ia kagum kepada Benito Mussolini atas kesetiaannya, serta begitu terpesona oleh kehebatan yang dimiliki Benito dalam mengejar penguasaan di Italia tahun 1922 melalui tindakan berbaris hingga ke Kota Roma (March on Rome).

Adolf Hitler merupakan pemimpin dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (Partai Nazi), yang sering disebut juga dengan nama Partai Buruh Jerman. Ia sempat mengirim sebuah surat kepada Benito Mussolini di tahun 1923. Mussolini sendiri kemudian menyediakan bantuan keuangan untuk Adolf Hitler.

Di waktu yang bersamaan, Benito Mussolini malah meremehkan Adolf Hitler. Dia menganggap Adolf Hitler adalah seorang pria yang kurang pintar dan membuat bosan. Tidak berhenti di situ, Benito Mussolini juga menyatakan bahwa Hitler kasar serta warisan etnis Aryanya tak mampu menyamai kemuliaan Kekaisaran Romawi pada masa lalu.

Walaupun demikian, Adolf Hitler juga menggunakan bentuk penghargaan Roma seperti yang dilakukan oleh Benito Mussolini. Akan tetapi, ia menyebut salaman ini sebagai Hitler Salute atau Hormat Hitler, dan dalam Bahasa Jerman dikenal dengan sebutan Hitlers gruß. der deutsche Gruß Di pihak lain, setelah jatuhnya Republik Weimar di Jerman pasca Perang Dunia I tahun 1933, penghargaan itu telah digunakan dan dikenal sebagai Horma Jerman, sebagaimana dicatat oleh Menteri Dalam Negeri Nazi, Wilhelm Frick.

Adolf Hitler menunjukkan rasa hormat terhadap serunya, para prajurit juga membalas dengan penuh hormat padanya, sementara seluruh komunitasnya turut mendukung. Bahkan anak usia lima tahun pun diberikan pelajaran untuk melakukan tarian itu. Walau demikian, terdapat variasi dalam posisi lengannya diantara gaya milik Adolf Hitler dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Benito Mussolini; namun inti dari ritual penghargaan ini sebenarnya tidak jauh berbeda.

4. Grup Neo-Nazi menyematkan salam Hitler sebagai ungkapan penghargaan bagi diri mereka sendiri.

Setelah Adolf Hitler dan partai nazi, sejumlah organisasi neo-nazis pun turut mengadaptasi simbol-simbol Romawi. Organisasi-organisasi semacam itu tersebar di berbagai belahan dunia termasuk di seluruh Eropa, Amerika Utara, Inggris, Australia serta lokasi-lokasi tertentu lainnya. Walau begitu, mencari data rinci terkait dengan organisasi tersebut cukup menantang. Akan tetapi, kebaktian pada Hitler diyakini menjadi hal yang umum bagi kelompok-kelompok tersebut.

Berikut adalah versi paragraf yang direwrite: Seiring itu, apa arti salam Romawi yang diperagakan oleh Elon Musk saat pengambilan sumpah presiden bagi Donald Trump? Banyak jurnalis global telah mengomentari hal tersebut; bahkan pers dari negara seperti Prancis, India, Jerman, serta Afrika Selatan (tempat lahir Elon) turut ikut campur dalam diskusi ini. Terlebih lagi, ada pula komentar dari Organisasi Anti-Defamation (ADL), yaitu organisasi non-pemerintah mendukung Israel. ADL merespons tindakan Elon Musk secara tenang. Oleh karena respons moderat ini, ketidakhadirannya untuk menyuarakan protes membuat beberapa pihak menjadi marah.

Post a Comment

أحدث أقدم