
Bisnisia.com , Jakarta - Setelah merayakan Lebaran tahun 2025, Indonesia mengalami kembali ancaman bencana alam disertai peningkatan kegiatan Vulkanik dari dua gunung berapi utama tersebut. Gunung Marapi di Sumatera Barat dan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur.
Erupsi Yang terjadi setelah Lebaran kali ini sudah menimbulkan rasa waspada di kalangan masyarakat, lebih-lebih bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah-area berisiko bencana.
Gunung Marapi
Gunung Marapi, yang berada di Provinsi Sumatera Barat, mengalami peningkatan kegiatan Vulkanisnya dengan cukup siginifikan pada bulan April tahun 2025.
Setelah letusan awal pada tanggal 2 April dengan tiang debu setinggi 1.000 meter, terjadi letusan utama pada hari berikutnya yaitu tanggal 3 April dengan tiang debu yang melambung hingga 1.500 meter dari puncak gunung tersebut. Letusan itu merupakan yang tertinggi sejak bulan Januari tahun 2025 dan mengarah ke peningkatan status siaga dalam area sekitarnya.
"Gunung Marapi meletus pada jam 16:04 waktu Indonesia Barat dan ketinggian tiang abunya diperkirakan mencapai sekitar 1.000 meter lebih tinggi dari pucuk gunung," jelas pegawai Pos Gunung Api (PGA) Gunung Marapi yang bernama Teguh saat berada di Padang, Rabu tanggal 2 April 2025, sesuai laporan tersebut. Antara .
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid menyatakan bahwa letusan itu disebabkan oleh perubahan aliran cairan atau magma yang berasal dari dalam rongga Gunung Marapi.
"Letusan ini adalah hasil dari pergerakan fluida atau magma dari dasar gunung menuju permukaan Gunung Marapi," jelas Wafid dalam pernyataannya kepada media pada hari Jumat, 4 April 2025.
Indikasi meningkatnya aktivitas Vulkanik telah diamati sebelumnya dengan beberapa guncangan Gempa Vulgaris yang muncul dari akhir Maret sampai awal April tahun 2025 tersebut. Tiang Abu yang dapat dilihat memiliki warna abu-abu gelap serta bertebaran kearah Timur, hal ini mengindikasikan adanya tekanan Gas signifikan didalam perut Gunung tersebut.
Saat ini status Gunung Marapi dinyatakan sebagai Level II atau siaga, meskipun risiko erupsi yang lebih besar masih ada. Penduduk yang bertempat tinggal di dekat lembah dan anak-anak sungai yang sumbernya berasal dari puncak gunung disarankan agar tetap waspada terkait ancaman longsoran lumpur panas, khususnya ketika musim hujan tiba.
Di samping itu, Badan Geologi menyarankan kepada publik supaya menjauhi area dengan jarak 3 kilometer di sekitar Kawah Verbeek, titik utama kegiatan Gunung Api tersebut, untuk mencegah terjadinya ancaman berbahaya yang lebih parah.
Gunung Lewotobi Laki-laki
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, hal ini pun tercatat setelah Lebaran pada tahun 2025.
Pada tanggal 6 April 2025, gunung tersebut meledak tepat pukul 00:04 waktu lokal, menyemburkan abu vulkanik hingga ke ketinggian 700 meter lebih dari puncak. Letusan itu menunjukkan bahwa aktifitas Vulkanik gunung ini tetap sangat intensif sejak peningkatan statusnya menjadi Level IV (Peringatan) pada bulan Maret tahun 2025.
Pada bulan Maret tahun 2025 lalu, tinggi kolom erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dicatat antara 1.000 sampai dengan 2.500 meter. Bunyi ledakan besar akibat erupsinya dapat didengar jauh di Kota Larantuka serta Maumere, hal ini memperparah ketakutan warga setempat. Kegiatan seismik meningkat secara signifikan, meliputi jumlah guncangan letusan dan getaran vulkanik yang lebih sering, mengindikasikan adanya alirannya lava yang sangat kuat mendekati permukaan bumi.
Letusan yang terjadi bulan Maret kemarin memiliki dampak signifikan pada kehidupan penduduk setempat. Setidaknya tujuh desa di Kecamatan Ilebura dan Wulanggitang, termasuk Riangrita, Lewotobi, dan Lewoawan, mengalami hujan debu dan batu kerikil, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi warganya.
Pihak pemerintah lokal telah memblokir rute mendaki gunung itu dan menyarankan kepada publik agar menjauh dari area dengan jari-jari 7 sampai 8 kilometer di sekitar titik letusan.
Sebagai upaya penanggulangan dampak negatif, pihak pemerintahan setempat bersama dengan Badan Geologi serta BPBD tetap mengamati secara intensif kegiatan Vulkanik dari kedua gunung itu. Warga masyarakat yang bertempat tinggal dalam area zona bahaya, lebih-lebih mereka yang lokasinya ada di lembah atau tak jauh dari aliran sungai yang sumber airnya berasal dari puncak pegunungan, disarankan agar senantiasa waspada atas kemungkinan adanya bencana lumpur panas akibat hujan deras, utamanya pada masa musim penghujan.
Di luar itu, warga diminta pula untuk menaati petunjuk dari Badan Geologi dan BPBD lokal, serta menghindari kepercayaan pada berita yang asal-usulnya belum tentu dapat dipercaya. Melihat potensi letusan yang bisa terjadi kapan saja, sikap waspada atas data resmi amatlah esensial dalam melindungi diri.
Fachri Hamzah dan Dani Aswara berpartisipasi dalam penyusunan artikel ini.
إرسال تعليق