
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimulai dengan positif pada sesi perdagangan hari Kamis (10/4). IHSG terbukti meningkat sebesar 331,058 poin (5,5 persen) hingga mencapai angka 6.229.
Myrdal Gunarto dari Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Pasar Global di Bank Maybank Indonesia menyebut bahwa peningkatan tersebut disebabkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memundurkan sementara keputusan tentang tariff balasan terhadap beberapa negara partner termasuk Indonesia untuk periode 90 hari.
Di samping itu, sentimen dari segi dalam negeri, para pemain di pasaran merasa bahwa industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja akhirnya dapat bernapas lega dengan ditundanya tarif tersebut.
"Bila dilihat dari dalam negeri, maka para pemain di pasaran pun merasa bahwa sektor ini tampaknya memberikan kontribusi tenaga kerja yang signifikan bagi kita semua dan untuk sementara waktu hal itu dapat membuat kita sedikit lebih lega," jelas Gunarto kepada , Kamis (10/4).
Menurut Gunarto, jika RISE menghadapi tariff sebesar 32%, kenaikannya akan menjadi hanya sekitar 10% saja. Pelaku pasarpun tampak cukup senang dengan tindakan taktis dan strategis yang telah diambil oleh pemerintahan RIE untuk menanggapi keputusan Trump ini.
Menurut Gunarton, kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperluas impor dari Amerika Serikat pun semakin mendapat dorongan, khususnya dalam sektor barang-barang berteknologi tinggi, peralatan pengeboran minyak, serta produk pertanian.
"Maka, para pemain pasar sepertinya cukup senang dengan keputusan tersebut menurut pandangan saya. Tambahan pula, kinerja data-data ekonomi kita pun tidak terlampau buruk," tambahnya.
Seorang ekonom serta senior investment information dari Mirae Asset Sekuritas bernama Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa penangguhan tariff oleh Trump selama 90 hari merupakan indikasi positif bagi pasar global dan diantisipasi akan memicu dampak berantai yang lebih besar dalam ranah bursa saham dunia.
"Alhamdulillah dengan penangguhan keputusan tariff baru yang diberlakukan oleh Trump, terutama disetel mundur sebanyak 90 hari," kata Nafan Aji kepada , pada hari Kamis (10/4).
Berdasarkan situasi di dalam negeri, Nafan menyebut bahwa hal tersebut masih dipengaruhi oleh masa liburan pasca Idul Fitri tahun 2025. Dampaknya adalah meningkatnya kemampuan konsumen untuk membelanjakan uang mereka.
"Lagi pula, di sisi lain, khususnya PMI Manufaktur Indonesia pun sukses menunjukkan pertumbuhan dalam empat bulan berturut-turut," tambahnya.
Posting Komentar