
Bisnisia.com Teknologi memiliki cara unik dalam berjanji untuk menyediakan koneksi kepada banyak orang dari lokasi yang jauh. Akan tetapi, kemajuan teknologi kadangkala malah menghasilkan efek sebaliknya.
Lebih terkoneksi daripada sebelumnya, namun banyak di antara kita mengalami kesepian. Ironinya ada dalam betapa halus cara alat dan program, yang diciptakan untuk mempersatukan, malah membuat kita semakin terpisahkan.
Menurut Small Business Bonfire, ada tujuh metode tidak terlihat yang bisa membuat teknologi meningkatkan perasaan kesepian walaupun kita memiliki konektivitas digital tanpa henti.
1. Ilusi koneksi
Sering kali mudah untuk berpikir bahwa kita saling terhubung ketika perangkat kita penuh dengan notifikasi sepanjang waktu. Akan tetapi, ada perbedaan besar diantara pertukaran daring dan hubungan langsung yang sungguhan.
Hubungan manusia sejati mencakup lebih dari hanya mengirim pesan teks atau ikon emoji. Hal itu juga menyangkut memahami ekspresi wajah, menyimak intonasi emosional, serta bersama-sama dalam satu lingkaran fisik.
Perlengkapan kita, berapa pun manfaatnya, tak bisa menggantikan elemen-elemen interaksi manusia tersebut. Percakapan digital yang tanpa henti mungkin menyediakan kesempatan untuk mendapatkan kepuasan sosial palsu, padahal justru membuat kita merasa kosong.
2. Perangkap perbandingan
Ketika menjelajahi beranda media sosial, sering kali kita dengan cepat mulai mengukur hidup kita terhadap gaya hidup yang dipersiapkan secara hati-hati dan nampak ideal yang ada di dunia maya.
Terkena bertubi-tubi potongan-potongan tentang saat-saat paling baik oranglain bisa membawa perasaan terpinggirkan serta kesendirian walaupun kita sedang bersosialisasi secara online dengan mereka.
Memahami jebakan perbandingan ini bisa membuat kita merespons postingan di media sosial dengan sikap kritis dan lebih menghargai hidup kita sendiri.
3. Paradoks pilihan
Menggunakan aplikasi dan website yang menyediakan ribuan film, lagu, serta buku dengan mudah dijangkau oleh jarimu, membuatmu selalu memiliki banyak opsi untuk menghibur diri. Tetapi, hal tersebut juga bisa menjadi tantangan sendiri.
Psikolog Barry Schwartz menggambarkannya sebagai paradoks pilihan. Temuannya mendukung ide bahwa walaupun adanya beberapa opsi tentunya lebih disukai ketimbang tanpa satupun, namun memiliki banyak alternatif belum tentu menjadi hal yang lebih baik dibandingkan dengan hanya mempunyai sedikit saja.
Banyaknya opsi yang ada bisa menyebabkan rasa cemas dan stres, sehingga membuat kita merasa sendirian di tengah ketidakpastian yang dialami.
4. Hilangnya waktu henti
Kini, tiap momen bebas menjadi peluang untuk memeriksa surel, menjelajahi media sosial, atau mengejar informasi terkini. Kami selalu aktif, hingga sangat jarang ada tempat bagi refleksi pribadi maupun pertemuan sosial yang tak direncanakan.
Kondisi partisipasi digital yang terus-menerus bisa menyebabkan paradoksal yang mencengangkan: semakin sedikit waktu yang kita luangkan untuk berada seorang diri dengan pemikiran kita, semakin merasakan kesendirian pun menjadi.
5. Batasan yang mengabur
Dengan kapabilitas untuk mengakses surel dan menerima telepon kerja melalui perangkat pribadi, garis pembatas antara dunia pekerjaan dan personalitas seseorang dapat menjadi samar.
Bisa jadi mereka menemukan diri sendiri merespons pesan-pesan kerja sampai dini hari, mengurangi waktu berkualitas dengan keluarga atau melewatkan istirahat yang amat penting bagi kesehatan mental dan fisiknya.
Ketersedian yang selalu ada ini bisa menghasilkan rasa kesepian, sebab pekerjaan menyusup ke dalam area yang umumnya digunakan untuk hubungan personal dan perawatan diri.
6. Keterampilan berbincang yang perlahan menghilang
Pada zaman pesan instan saat ini, keahlian dalam berbicara mungkin perlahan-lahan mulai meredup. Terkadang kita lebih cenderung untuk mengetikkan pemikiran kita dibandingkan menyuarakan mereka secara langsung.
Perubahan menuju komunikasi berbasis teks bisa membuat hilangnya nuances yang timbul dari obrolan langsung. Infleksi nada, ekspresi wajah, serta gerakan tubuh, semuanya memberikan kedalaman pada pertukaran kita dan memudahkan rasa keterikatan antar sesama.
Jika kita terlalu mengandalkan komunikasi digital, kita mungkin akan kehilangan elemen penting dalam obrolan langsung, yang bisa menimbulkan rasa kesendirian.
7. Pergantian Komunitas Dunia Nyata
Komunitas online bisa memberikan perasaan keterlibatan kepada mereka yang mungkin merasa sebagai orang luar dalam lingkungan fisik. Akan tetapi, komunitas digital seharusnya tidak mengambil alih fungsi dari komunitas kehidupan nyata.
Kelompok fisik menyajikan pengalaman berbagi dan perasaan kepemilikan yang tak bisa digantikan oleh media daring. Interaksi tatap muka membantu kita menciptakan ikatan yang lebih erat serta bernilai secara mendalam.
Tanpa adanya ikatan yang sungguh-sungguh ini, kita cenderung mengalami perasaan kesepian serta ketidakermengan, walaupun telah menjadi anggota berbagai komunitas online.
Posting Komentar